Sabtu, 15 Juli 2017

Hijab, Proses Menuju Berhijab








Hijab
Proses Menuju Berhijab




Oleh: Fitria Ningsih


Berdasarkan tanggapan dari mbak Wikipedia, Hijab berarti penghalang atau bisa disebut juga kerudung. Tapi menurutku, hijab itu: sesuatu kain yang digunakan untuk menutup kepala guna menutup aurat kaum perempuan. Hampir sama sih dengan dengan tanggapan dari mbak Wiki, paling tidak sedikit mirip lah…

Di zaman sekarang, siapa sih yang nggak kenal hijab? Wanita-wanita yang fashionable, katanya, banyak kok yang menggunakan hijab, selain untuk mentup aurat juga bisa menjadi tambahan aksesoris guna mempercantik diri dan agar terlihat lebih modis.
               
Kata hijab sudah tak asing lagi di telinga khalayak umum. Hijab sudah mulai menjadi tren baru yang modis dan anggun. Tak jarang, masyarakat kita mulai mengenakan hijab satu demi satu, bahkan di jalanan mengenakan hijab, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
               
Bila ditinjau dari segi manfaat, hijab ibaratnya sangat komplit. Mulai dari segi penggunaanya yang praktis hingga manfaat yang ditawarkan pun menarik. Seperti, sebagai pelindung dari sinar matahari yang panas, pemanis fashion, dan tentunya fungsi yang paling utama, yaitu penutup aurat.
               
Kebanyakan wanita memiliki alasan tersendiri untuk menggunakan hijab. Yah, kita tahu bahwa selera orang berbeda-beda pula. Mulai dari niatan mereka yang beragam, dan gaya pakaian yang berguna bisa menjadi faktor pemicu agar mengenakan hijab. Sama seperti saya, yang punya niatan tersendiri dalam memutuskan untuk mengenakan hijab.
               
Niatan awal saya berhijab yaitu sebagai perlindungan dari sinar matahari. Mungkin niatan awalnya sedikit aneh dan egois. Namanya juga waktu itu saya masih kecil, jadi keadaan lah yang menjadi alasan saya berhijab.
               
Ceritanya bermula saat saya SD kelas enam, tepatnya. Waktu itu saya seorang murid pindahan dari Banten. Sebelumnya saya bersekolah di SDN Awilega Pandeglang, Banten, namun karena ada urusan keluarga, akhirnya sayapun terpaksa pindah sekolah walaupun kondisi saat itu, saya baru terima raport naik kelas enam tapi eh tau-tau harus pindah mengikuti orang tua. Sayapun pindah ke SDN 01 Serang, Banten. Namanya murid pindahan, pasti cenderung pemalu dan pendiam. Saat itu saya berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan anak disitu, susah sih, tapi harus bisa.
               
Seiring waktu berjalan, detik demi detik dan hari demi hari yang berlalu, sayapun sudah mendekati masa-masa kelulusan, dan sekolah mengadakan program bimbingan belajar untuk anak kelas enam. Sayapun harus mengikuti ‘bimbel’ yang diadakan sekolah, namun jarak rumah dan sekolah cukup jauh, dan saya harus berjalan kaki agar bisa sampai disekolah, sehingga di sepanjang perjalanan, banyak anak-anak sekitar yang mengganggu saya. Mulai dari panggil-panggil: “cewe’-cewe” sampai bersiul “suit-suit”. Ahh, pokoknya mereka sangat rese’ pada waktu itu. Sudah jauh perjalanan, panas, diganggu pula.
               
Keesokan harinya, saat akan pergi ‘bimbel’ di siang hari yang terik, akupun akhirnya memutuskan memakai hijab untuk pertama kalinya agar terhindar dari panas yang amat menyengat itu. Dan seiring perjalanan waktu, aku akan merasakan manfaat yang lain, mereka yang biasanya gangguin aku, gak ada yang muncul batang hidungnya, mungkin mereka kira aku orang lain barangkali.
               
Alhasil, aku pun pergi ‘bimbel’ dengan tenang, dan pulang pun dengan tenang pula. Anak-anak yang suka gangguin aku pun, gak ada yang muncul sama sekali. Akupun meresa lega sesampainya dirumah, aku gak harus ngedumel seperti biasanya. Dalam benak, aku berkata, “Hari yang menyenangkan, gak sabar nunggu ‘bimbel’ besok”.
               
Tik tok tik tok… Jam dinding yang berdetak menandakan hari mulai berganti menjadi semakin gelap, menandakan sang mentari yang butuh istirahat dan terlelap. Malampun tiba. Saatnya melepas penat dan beristirahat agar besok fit lagi.

Mentaripun kembali muncul, terbangun dari tidur lelapnya, dan menyambutku dengan hangat.
Saatnya sekolah. Setelah kemarin siang aku pakai jilbab aku ngerasa agak nggak pede. Soalnya banyak temen sekelas yang ngeliatin,  kaya’ ngeliat orang aneh gitu. Udah tau aku pemalu malah diliatin kaya artis. Jadi pagi ini aku memutuskan nggak pake jibab lagi. Namanya juga masih bocah, jadi suka berubah-ubah pemikirannya. Waktupun berlalu begitu cepat dan nggak terasa udah siang, saatnya aku harus pulang. Aku pulang lewat rute yang biasa aku lalui saat aku pulang-pergi ‘bimbel’.
               
Dan nyebelinnya, anak-anak yang biasa gangguin aku muncul lagi. Arrghh, mereka langsung menghadang aku saat lewat. Dan mereka bertanya, “kemaren siang lewat mana? Kok nggak ketemu?”. Sebenernya mereka itu baik, cuman ngeselin suka gangguin aku gak jelas gitu.
               
Akupun menjawab, “Ada kok, aku lewat sini kemaren pas bimbel, kenapa?” Mereka lantas menjawab. “Gak papa, aneh aja nggak liat kamu sehari” merekapun langsung bersorak, “Cieeee…” Spontan aku ambil seribu langkah, dan lari sekencang macan. Alhasil aku ngap-ngapan sampai rumah dan enggan rasanya untuk berangkat ‘bimbel’. Tapi aku nggak berani bolos, jadi dengan muka cemberut aku pergi  berangkat ‘bimbel’ setelah usai makan, mandi dan tidur-tiduran sejenak.
               
Aku pergi tanpa menggunakan hijab soalnya cuaca di luar tidak begitu panas. Dan sepanjang perjalanan, ya aku digangguin seperti biasa. Aku pura-pura nggak dengar aja jadinya, dan ngelanjutin perjalanan kesekolah.
               
Hari demi hari aku lalui, dan aku membuat semacam percobaan di hari-hari sebelumnya, yaitu pake jilbabnya selang-seling. Maksudnya hari ini pake-besoknya enggak. Aku pake jilbabnya pas ‘bimbel’ aja waktu itu, enggak disekolah. Dan alhasil, kalo aku pake jilbab, ternyata aku nggak digangguin sama anak-anak lingkungaj sekitar,  mereka ngerasa segan dan nggak enak, begitu pula sebaliknya kalo aku  nggak pake, yah digangguin. Sehingga aku bisa menyimpulkan rumus: berhijab sama dengan aman.
               
Dari hasil pengalaman semasa SD dulu, aku mengetahui hasil yang pasti. Aku mulai memakai hijab bila bepergian keluar rumah, kecuali di sekolah. Soalnya teman-temanku masih suka olok-olokin aku, mungkin karena mereka belum terbiasa melihat gaya baruku berhijab, jadi aku pakai hijabnya kalau pergi kepasar maupun bimbel saja. Yahh, gitu deh pokoknya, kecuali besekolah.
               
Hari kelulusan SD pun tiba. Kini aku sudah SMP, dan diterima di SMPN 2 Serang, banten. Hari-hari pertamaku di SMP bejalan lancar, bertemu orang baru dan suasana baru tentunya. Dan, tebak hayo, aku udah berhijab atau belum? Jawabannya belum...

Jadi gini ceritanya, kenapa aku masih belum mengenakan hijab disekolah. Waktu pendaftaran murid baru, sekolah membagikan format seragam yang harus dipakai. Seragamnya seperti apa, warnanya apa saja, modelnya bagaimana, yah, seperti itulah formatnya, pokoknya. Dan setelah mengetahui format seragamnya, niatanku untuk berhijab saat SMP pun sirna. Kalian tau kenapa? Soalnya rok SMP-ku span, dan tau kan kalian rok span itu ngebentuk badan. So, aku memutuskan untuk tidak berhijab saudara-saudara.

Hari-hari yang kulalui pun terasa hampir sama di masa SD. Aku dijahili teman sekelasku yang rese’nya lebih parah dari pada anak-anak sekitar rumahku. Awalnya aku biasa aja, karena udah sering dijahili, tapi makin hari mereka makin keterlaluan. Mereka mulai berani menyentuhku, dan itu yang mebuatku merasa risih untuk bersekolah disitu. Alhasil karena keluargaku ada urusan di Pandeglang aku pun harus berpindah sekolah lagi ke Padeglang.

Yes, lebih baik pindah daripada akunya tertekan dan gak nyaman sekolah disini, gumamku dalam hati. Oh, ya, diawal aku sudah ceritakan, aku pindah dari Pandeglang ke Serang. Dan sekarang aku pindah kemana lagi saudara-saudara? Yupp, aku balik kekota awalku. Aku pindah ke Pandeglang lagi. “Yeyyy, welcome Pandeglang. I’m there!”

Sesampainya di Pandeglang, aku bersekolah di SMPN2 Pandeglang yang keadaan lingkungannya terasa lebih nyaman. Teman-teman baru yang saling menghormati satu sama lain, pokoknya suasana yang berbeda drastis dengan sekolah lamaku. Aku betah disini. Hari pertama masuk sekolah yang baru ini, terasa sangat menyenagkan.

Aku masih memakai seragam lamaku, karena seragam barunya belum dikasih dari pihak sekolah. Dan waaw, aku tercengang sat melihat penampilan siswa-siswi disini, mereka semua memakai rok panjang, walaupun tidak berhijab. Ternyata peraturan disekolah baruku ini, mengharuskan semua siswi perempuan, tanpa terkecuali, memakai rok panjang. Dan tentu bukan rok span.

Sekilas aku merasa minder, soalnya pakaianku masih pendek dan roknya span pula, aku merasa malu. Hingga akhirnya seragam sekolahku pun sudah tiba, dan semenjak hari itu aku memutuskan mengikuti hal yang baik di sekolah. Lingkungan yang baik mengajarkan hal yang baik pula padaku. Itu menjadi momen bersejarah. Dan itulah saat perdanaku dalam mengenakan hijab di sekolah. Alhasil, studiku disekolah itupun berjalan lancar  sebagaimana mestinya, dan aku merasa aman. Ingatkan? Rumusku diatas: Berhijab = aman.

Itulah kisahku dalam mencari jati diri terutama dalam mengenakan hijab. Mulai dari niatan yag bisa dibilang egois hingga proses yang terasa begitu sulit: lepas-pakai lepas-pakai, hingga akhirnya mendapatkan titik temu utntuk mengenakan hijab. Akupun tersadar dengan hijab, aku bisa selalu merasa aman. I love hijab.
~


Tidak ada komentar:

Posting Komentar