Hijab
Proses Menuju Berhijab
Oleh: Fitria Ningsih
Berdasarkan tanggapan dari mbak Wikipedia, Hijab berarti penghalang
atau bisa disebut juga kerudung. Tapi menurutku, hijab itu: sesuatu kain yang
digunakan untuk menutup kepala guna menutup aurat kaum perempuan. Hampir sama
sih dengan dengan tanggapan dari mbak Wiki, paling tidak sedikit mirip lah…
Di zaman sekarang, siapa sih yang nggak kenal
hijab? Wanita-wanita yang fashionable, katanya, banyak kok yang
menggunakan hijab, selain untuk mentup aurat juga bisa menjadi tambahan
aksesoris guna mempercantik diri dan agar terlihat lebih modis.
Kata hijab sudah tak asing lagi di telinga khalayak
umum. Hijab sudah mulai menjadi tren baru yang modis dan anggun. Tak jarang,
masyarakat kita mulai mengenakan hijab satu demi satu, bahkan di jalanan
mengenakan hijab, mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia.
Bila ditinjau dari segi manfaat, hijab ibaratnya
sangat komplit. Mulai dari segi penggunaanya yang praktis hingga manfaat yang
ditawarkan pun menarik. Seperti, sebagai pelindung dari sinar matahari yang
panas, pemanis fashion, dan tentunya fungsi yang paling utama, yaitu penutup
aurat.
Kebanyakan wanita memiliki alasan tersendiri untuk
menggunakan hijab. Yah, kita tahu bahwa selera orang berbeda-beda pula. Mulai
dari niatan mereka yang beragam, dan gaya pakaian yang berguna bisa menjadi
faktor pemicu agar mengenakan hijab. Sama seperti saya, yang punya niatan
tersendiri dalam memutuskan untuk mengenakan hijab.
Niatan awal saya berhijab yaitu sebagai
perlindungan dari sinar matahari. Mungkin niatan awalnya sedikit aneh dan
egois. Namanya juga waktu itu saya masih kecil, jadi keadaan lah yang menjadi
alasan saya berhijab.
Ceritanya bermula saat saya SD kelas enam,
tepatnya. Waktu itu saya seorang murid pindahan dari Banten. Sebelumnya saya
bersekolah di SDN Awilega Pandeglang, Banten, namun karena ada urusan keluarga,
akhirnya sayapun terpaksa pindah sekolah walaupun kondisi saat itu, saya baru
terima raport naik kelas enam tapi eh tau-tau harus pindah mengikuti orang tua.
Sayapun pindah ke SDN 01 Serang, Banten. Namanya murid pindahan, pasti cenderung
pemalu dan pendiam. Saat itu saya berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan
anak disitu, susah sih, tapi harus bisa.
Seiring waktu berjalan, detik demi detik dan hari
demi hari yang berlalu, sayapun sudah mendekati masa-masa kelulusan, dan
sekolah mengadakan program bimbingan belajar untuk anak kelas enam. Sayapun
harus mengikuti ‘bimbel’ yang diadakan sekolah, namun jarak rumah dan sekolah
cukup jauh, dan saya harus berjalan kaki agar bisa sampai disekolah, sehingga
di sepanjang perjalanan, banyak anak-anak sekitar yang mengganggu saya. Mulai
dari panggil-panggil: “cewe’-cewe” sampai bersiul “suit-suit”. Ahh, pokoknya mereka
sangat rese’ pada waktu itu. Sudah jauh perjalanan, panas, diganggu pula.
Keesokan harinya, saat akan pergi ‘bimbel’ di siang
hari yang terik, akupun akhirnya memutuskan memakai hijab untuk pertama kalinya
agar terhindar dari panas yang amat menyengat itu. Dan seiring perjalanan waktu,
aku akan merasakan manfaat yang lain, mereka yang biasanya gangguin aku, gak
ada yang muncul batang hidungnya, mungkin mereka kira aku orang lain barangkali.
Alhasil, aku pun pergi ‘bimbel’ dengan tenang, dan
pulang pun dengan tenang pula. Anak-anak yang suka gangguin aku pun, gak ada
yang muncul sama sekali. Akupun meresa lega sesampainya dirumah, aku gak harus
ngedumel seperti biasanya. Dalam benak, aku berkata, “Hari yang menyenangkan,
gak sabar nunggu ‘bimbel’ besok”.
Tik tok tik tok… Jam
dinding yang berdetak menandakan hari mulai berganti menjadi semakin gelap,
menandakan sang mentari yang butuh istirahat dan terlelap. Malampun tiba.
Saatnya melepas penat dan beristirahat agar besok fit lagi.
Mentaripun kembali muncul, terbangun dari tidur
lelapnya, dan menyambutku dengan hangat.
Saatnya sekolah. Setelah kemarin siang aku pakai
jilbab aku ngerasa agak nggak pede. Soalnya banyak temen sekelas yang
ngeliatin, kaya’ ngeliat orang aneh
gitu. Udah tau aku pemalu malah diliatin kaya artis. Jadi pagi ini aku
memutuskan nggak pake jibab lagi. Namanya juga masih bocah, jadi suka
berubah-ubah pemikirannya. Waktupun berlalu begitu cepat dan nggak terasa udah
siang, saatnya aku harus pulang. Aku pulang lewat rute yang biasa aku lalui
saat aku pulang-pergi ‘bimbel’.
Dan nyebelinnya, anak-anak yang biasa gangguin aku
muncul lagi. Arrghh, mereka langsung menghadang aku saat lewat. Dan mereka
bertanya, “kemaren siang lewat mana? Kok nggak ketemu?”. Sebenernya mereka itu
baik, cuman ngeselin suka gangguin aku gak jelas gitu.
Akupun menjawab, “Ada kok, aku lewat sini kemaren
pas bimbel, kenapa?” Mereka lantas menjawab. “Gak papa, aneh aja nggak liat
kamu sehari” merekapun langsung bersorak, “Cieeee…” Spontan aku ambil seribu
langkah, dan lari sekencang macan. Alhasil aku ngap-ngapan sampai rumah dan
enggan rasanya untuk berangkat ‘bimbel’. Tapi aku nggak berani bolos, jadi
dengan muka cemberut aku pergi berangkat
‘bimbel’ setelah usai makan, mandi dan tidur-tiduran sejenak.
Aku pergi tanpa menggunakan hijab soalnya cuaca di luar
tidak begitu panas. Dan sepanjang perjalanan, ya aku digangguin seperti biasa. Aku pura-pura nggak dengar aja jadinya,
dan ngelanjutin perjalanan kesekolah.
Hari demi hari aku lalui, dan aku membuat semacam
percobaan di hari-hari sebelumnya, yaitu pake jilbabnya selang-seling.
Maksudnya hari ini pake-besoknya enggak. Aku pake jilbabnya pas ‘bimbel’ aja
waktu itu, enggak disekolah. Dan alhasil, kalo aku pake jilbab, ternyata aku
nggak digangguin sama anak-anak lingkungaj sekitar, mereka ngerasa segan dan nggak enak, begitu
pula sebaliknya kalo aku nggak pake, yah
digangguin. Sehingga aku bisa menyimpulkan rumus: berhijab sama dengan aman.
Dari hasil pengalaman semasa SD dulu, aku
mengetahui hasil yang pasti. Aku mulai memakai hijab bila bepergian keluar rumah,
kecuali di sekolah. Soalnya teman-temanku masih suka olok-olokin aku, mungkin
karena mereka belum terbiasa melihat gaya baruku berhijab, jadi aku pakai
hijabnya kalau pergi kepasar maupun bimbel saja. Yahh, gitu deh pokoknya,
kecuali besekolah.
Hari kelulusan SD pun tiba. Kini aku sudah SMP, dan
diterima di SMPN 2 Serang, banten. Hari-hari pertamaku di SMP bejalan lancar,
bertemu orang baru dan suasana baru tentunya. Dan, tebak hayo, aku udah
berhijab atau belum? Jawabannya belum...
Jadi gini ceritanya, kenapa aku masih belum
mengenakan hijab disekolah. Waktu pendaftaran murid baru, sekolah membagikan
format seragam yang harus dipakai. Seragamnya seperti apa, warnanya apa saja,
modelnya bagaimana, yah, seperti itulah formatnya, pokoknya. Dan setelah
mengetahui format seragamnya, niatanku untuk berhijab saat SMP pun sirna.
Kalian tau kenapa? Soalnya rok SMP-ku span, dan tau kan kalian rok span itu
ngebentuk badan. So, aku memutuskan untuk tidak berhijab saudara-saudara.
Hari-hari yang kulalui pun terasa hampir sama di masa
SD. Aku dijahili teman sekelasku yang rese’nya lebih parah dari pada anak-anak
sekitar rumahku. Awalnya aku biasa aja, karena udah sering dijahili, tapi makin
hari mereka makin keterlaluan. Mereka mulai berani menyentuhku, dan itu yang
mebuatku merasa risih untuk bersekolah disitu. Alhasil karena keluargaku ada
urusan di Pandeglang aku pun harus berpindah sekolah lagi ke Padeglang.
Yes, lebih baik pindah daripada akunya tertekan dan
gak nyaman sekolah disini, gumamku dalam hati. Oh, ya, diawal aku sudah
ceritakan, aku pindah dari Pandeglang ke Serang. Dan sekarang aku pindah kemana
lagi saudara-saudara? Yupp, aku balik kekota awalku. Aku pindah ke Pandeglang
lagi. “Yeyyy, welcome Pandeglang. I’m there!”
Sesampainya di Pandeglang, aku bersekolah di SMPN2
Pandeglang yang keadaan lingkungannya terasa lebih nyaman. Teman-teman baru
yang saling menghormati satu sama lain, pokoknya suasana yang berbeda drastis
dengan sekolah lamaku. Aku betah disini. Hari pertama masuk sekolah yang baru ini,
terasa sangat menyenagkan.
Aku masih memakai seragam lamaku, karena seragam
barunya belum dikasih dari pihak sekolah. Dan waaw, aku tercengang sat
melihat penampilan siswa-siswi disini, mereka semua memakai rok panjang,
walaupun tidak berhijab. Ternyata peraturan disekolah baruku ini, mengharuskan
semua siswi perempuan, tanpa terkecuali, memakai rok panjang. Dan tentu bukan
rok span.
Sekilas aku merasa minder, soalnya pakaianku masih
pendek dan roknya span pula, aku merasa malu. Hingga akhirnya seragam sekolahku
pun sudah tiba, dan semenjak hari itu aku memutuskan mengikuti hal yang baik di
sekolah. Lingkungan yang baik mengajarkan hal yang baik pula padaku. Itu
menjadi momen bersejarah. Dan itulah saat perdanaku dalam mengenakan hijab di
sekolah. Alhasil, studiku disekolah itupun berjalan lancar sebagaimana mestinya, dan aku merasa aman.
Ingatkan? Rumusku diatas: Berhijab = aman.
Itulah kisahku dalam mencari jati diri terutama
dalam mengenakan hijab. Mulai dari niatan yag bisa dibilang egois hingga proses
yang terasa begitu sulit: lepas-pakai lepas-pakai, hingga akhirnya mendapatkan
titik temu utntuk mengenakan hijab. Akupun tersadar dengan hijab, aku bisa
selalu merasa aman. I love hijab.
~