Wini Siti Ashopah
PEMENANG LOMBA FOTO
COVER TABLOID INTAN 2017
LOMBA FOTO COVER
TABLOID INTAN 2017 yang diselenggrakan Tabloid Intan dalam rangka ikut
berpartisipasi menyemarakkan Hari Jadi Garut, event berlangsung selama 1 – 15
Februari 2017. Dari puluhan peminat yang mengirimkan fotonya, kebanyakan kurang
dalam hal penulisan artikel. Sebetulnya ada 8 peserta yang paling memenuhi
syarat seperti yang kami minta, dan kami harus menyaringnya menjadi 5 untuk
didiskusikan.
Kriteria dari event
LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017 ini cukup jelas dan petunjuk serta langkah
untuk mengikutinya juga cukup mudah. Kriterianya: Foto diri / Cover pose +
Artikel apa saja, misalnya tentang kegiatan pribadi dstnya. Berdasarkan hasil
penilaian para juri yang kami tunjuk, yakni ada 3 juri dengan kriterianya
masing-masing atas 5 nominator tersebut, maka Tabloid Intan menetapkan: (Garut)
sebagai pemenang.
Tentunya kami
mengucapkan selamat kepada pemenang yang berhak menerima janji kami sbb:
Menjadi Cover Tabloid Intan Edisi 45, Piagam, T-shirt dan bingkisan menarik
lainnya. Bagi peserta yang belum berhasil, kami mengucapkan ribuan terimakasih
atas pertisipasinya. Mungkin lain kali pada event yang berbeda anda bisa
memenangkannya. Sekali lagi terimakasih dan salam hangat dari kami.
Kenapa Wini bisa
menang? Ingin tau rahasianya? Dan, ingin berkenalan lebih jauh dengan pemenang
LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017? Mari kita simak tulisannya...!
KEHADIRANKU ADALAH INSPIRASI oleh Wini Siti Ashopah pemenang LOMBA FOTO
COVER TABLOID INTAN 2017? Semoga bisa menginspirasi... J
~
Selanjutnya,
mari kita berkenalan lebih jauh dengan pemenang LOMBA FOTO COVER TABLOID
INTAN 2017.
KEHADIRANKU ADALAH INSPIRASIKU
Assalamu'alaikum Wr. Wb.
Wini Siti
Ashopah, bagiku itu adalah nama yang indah. Ya,
itulah nama paling mengesankan yang
telah diberikan kedua orang tuaku, ibuku dan almarhum ayahku.
Aku lahir di Garut pada 24
September 1993. Anak kedua dari dua
bersaudara alias bungsu. Inilah ceritaku,
cerita indah yang telah ditakdirkan Allah untukku. Dan sekarang,
aku share untuk sahabat Tabloid Intan. Semoga menjadi inspirasi yang baik,
Amin!
Alhamdulillah aku
dilahirkan dari seorang wanita sholihah. Beliau
telah mencurahkan segala-galanya untuk kami. Ibuku bernama Halimah, beliau adalah seorang wanita hebat dan luar
biasa, yang telah Allah hadirkan dalam kehidupan
kami. Beliau adalah sosok yang utama
dalam hidup kami. Karena beliau adalah sosok ibu sekaligus
ayah yang telah membesarkan kami. Ayahku adalah Ade Dedi
Iskandar, ketika aku berusia 6 bulan dan kakakku
berusia kurang kebih 2 tahun,
Allah telah lebih dulu mengambil ayahku. Ternyata
Allah lebih menyayangi ayah. Dan di saat
usiaku itu lah ibuku merangkap menjadi ayah sekaligus.
Sehari-harinya aku menyapa beliau dengan panggilan mama...
Setelah
ayah tiada, sepertinya mama tak pernah sedikitpun berfikir untuk
mencari pendamping hidupnya. Beliau lebih mengutamakan mengurus dan mendidik kami. Menginjak umurku 5 tahun,
beliau menyekolahkanku ke TK (Taman Kanak-kanak) Umum. Di sekolah
itu aku belajar bersosialisasi dengan orang baru yang sebelumnya belum aku
kenal dan di sana aku mulai mendapat teman baru. Setelah
1 tahun sekolah disana, mama kembali menyekolahkanku ke sekolah TK
Al-quran. Alasannya biar masuk SD aku sudah bisa dengan
lancar baca dan menulis Al-qur’an. Aku tau huruf-huruf hijaiyah maupuan
latin dari mama. Beliau meyakini bahwa 'al ummu madrosatul ula' seorang ibu
itu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.
Menginjak umurku 7 tahun mama menyekolahkanku ke sebuah
SD favorit di daerah kami, bisa dibilang sekolah nomor satu. Di SD, aku
selalu masuk 3 besar sampai
kelas tiga, dan dari kelas 4 masuk 10 besar terus hingga tamat SD. Memang peringkatnya menurun. Saat itu kami mengalami musibah yang cukup mengguncang kami sekeluarga. Mama sampai dirawat
karena kami terkena musibah
kebakaran di rumah kami, dan salah satu
korbannya adalah mama. Alhamdulillah mama bisa diselamatkan dan bisa sembuh kembali.
Dari kelas satu setiap pulang sekolah mama selalu memeriksa
semua catatan dan nilai-nilai yang kuperoleh. Suatu hari mama
bertanya, cita-citaku ingin menjadi apa? Dan aku secara spontan menjawab ingin menjadi
dokter, agar bisa membantu orang yang sakit. Mama hanya
tersenyum dan bilang: “Nah, mulai
dari sekarang Dede harus rajin belajar. Terus
semangat, jujur dan sungguh-sungguh belajarnya." Dede adalah nama panggilanku di rumah.
Tak ada satu kata pun
dari mama yang membuat aku maupun kakaku patah semangat dengan segala cita-cita
kami. Beliau tidak pernah membunuh cita-cita kami
dengan berbagai ungkapan yang menurunkan semangat kami.
Denga keadaan kami yang serba sederhana, mama tak
pernah berkata pesimis. Tetapi kami menyadari bahwa kami harus
sadar diri dengan keadaan kami. Beliau selalu
berkata, pasti ada rezeki dari
Allah dan akan selalu ada jalannya jika niat kita
bersunggh-sungguh.
Setelah lulus SD aku bersekolah di SMP tedekat,
dimana SMP itu adalah tempat kerja mama. Mama bekerja
sebagai Tata Usaha di SMP itu. Di sekolah ini selama tiga tahun aku mendapat
peringkat ke satu. Aku aktif sebagai ketua kelas, katua OSIS dan
selalu antusias jika ada acara apapun di sekolah
apalagi yang berbau kesenian. Di SMP ini aku juga mendapat beasiswa.
Berkat
doa mama aku mendapat peringkat pertama di kelas dan juara umum sekolah pada saat kelulusan SMP. Sebelum kami lulus ada berbagai SLTA
yang bersosialisasi ke sekolahku. Aku tertarik
pada salah satu sekolah yakni SMK kesehatan. Alhamdulillah
aku lulus dalam seleksi masuk ke SMK kesehatan yang aku pilih
dan program study yang aku pilih adalah keperawatan. Menurutku, seorang perawat sama saja pekerjaannya seperti seorang dokter. Yaitu
membantu menyembuhkan orang yang sakit. Bersekolah
di sini rasanya menyenangkan,
apa yang dipelajari mengaliri jiwaku dan aku merasa berada di domainku
sendiri. Di SMK ini aku juga selalu mendapat peringkat pertama di
kelas dan Juara Umum di sekolah.
Mama selalu
memberikan berbagai fasilitas untuk menunjang pendidikanku. Beliau
selalu mementingkan hal-hal yang berhubungan
dengan pedidikan. Bagaimanapun
cara dan ikhtiar beliau, aku selalu diberikan
apa yang aku butuhkan.
Aku senang
berdagang, di sekolah aku membawa es
pisang coklat, roti goreng, mie goreng dan kacang yang digoreng untuk dijual ke
teman-temanku. Hasil berjualan bisa ditabung atau
sebagai uang tambahan untuk jajan. Saat membawa barang jualan ke sekolah dengan
angkot, aku tak pernah merasa malu. Bahkan
aku begitu senang. Jika suatu hari mama memberikan ongkos dan
bekal kurang dari biasanya, maka aku masih punya
uang dari hasil berjualan.
Pada hari kelulusan tiba, alhamdulillah
aku kembali mendapat juara umum ke dua dari semua kelas dan mendapat beasiswa. Inilah
saatnya aku harus memilih universitas unutuk melanjutkan pendidikanku.
Dan aku berjodoh dengan salah satu universitas kesehatan yang ada di Garut.
Aku memilih program study keperawatan.
Dan lagi-lagi aku mendapat
juara kelas dan beasiswa. Saat aku belajar di kelas ataupun di rumah,
satu tujuanku adalah ingin membuat bahagia dan bangga mama. Mama
telah berusaha dengan sebaik-baiknya, maka aku belajar bersungguh-sungguh. Dengan itu aku akan menghadiahkan prestasiku sebagai pelipur lelah yang mama berikan selama
ini.
Saat mama akan menyekolahku ke universitas, banyak cibiran yang meragukan mama. Mereka beranggapan mama tidak akan sanggup membiayai sampai akhir. Tapi
lagi-lagi mama tak menghiraukan apa kata orang, beliau
yakin bisa menyekolahkanku sampai
beres. Walau memang banyak berbagai macam cobaan
yang akan Allah berikan
kepada kami.
Setelah selama tiga tahun aku kuliah, akhirnya
mamaku bisa tersenyum. Alhamdulillah saat
wisuda aku mendapat peringkat sebagai wisuda terbaik di program studi diploma
III Keperawatan. Inilah
hasil dari keyakinan mama selama ini. Beliau
ingin menyekolahkanku dan kakakku agar kami mendapat pendidikan
yang lebih baik dari beliau. Beliau pernah
bilang bahwa mama tidak memiliki harta berlimpah seperti orang lain yang dapat
diwariskan, mama hanya bisa mewariskan ilmu yang mudah-mudahan akan bermanfaat
dengan menyekolahkan aku dan kakakku. Ilmu
insyaallah tak akan pernah habis seperti layaknya
harta. Aku telah menyelesaikan pendidikanku, juga kakakku Dinar Siti
Jenab, lukusan
UPI Bandung.
Alhamdulillah cita-citaku sejak kecil
tercapai. Jika kembali mengingat masa kecil, aku
selalu ingin menjadi dokter. Dulu aku sering meminta
mama untuk membuat cup nurse dan selalu ingin dibelikan kit alat-alat kesehatan
mainan seperti stetoskop, jarum suntik dll. Yang dulu hanya bisa aku pegang
adalah mainan dari plastic, kini semuanya telah
menjadi nyata. Aku dapat
memegang, menggunakan dan memilikinya. Dan kini telah
terwujud cita-citaku. Tapi, adalah
mama yang telah mewujudkan samua mimpi itu
menjadi nyata. Beliau tidak pernah membunuh
cita-cita kami dengan keluhan, tapi beliau bangun
semangat kami dari semua ikhtiar dan
perjuangannya untuk kami. Memang
hakikatnya Allahlah yang berkehendak, tetapi perantaranya
adalah mama. Mamaku tercinta, I love you forever! Alhamdulillah
dari kelulusan tahun 2015, sekarang aku
sudah bekerja. I'm a nurse, terimakasih mama!
Wassalam, Wini Siti
Ashopah.
~