Kamis, 13 Juli 2017

Reni Marlina Upaya Menggalakan Pemberdayaan Sistem Ekonomi Islam di Pedesaan



Reni Marlina

Upaya Menggalakan Pemberdayaan Sistem Ekonomi Islam 
di Pedesaan





Reni Marlina, seorang mahasiswa School Of Islamic Economics, atau lebih dikenal dengan SEBI di Depok, memberikan ide dan kepeduliaannya terhadap sistem ekonomi Islam yang semakin hari mengalami perkembangan. Bukan hanya di perkotaan, namun juga bagi masyarakat pedesaan yang menganut Agama Islam. Seperti telah berkembangnya lembaga penghimpunan infaq, zakat, shadaqah dan BMT. Nilai-nilai Islami sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat desa. Ini menjadi salah satu kelebihan yang patut kita tingkatkan kembali.

Mahasiswa yang akrab disapa Reren ini mencoba untuk melakukan Ekspansi Keilmuan Ekonomi Syariah ke beberapa desa. Salah satunya ia menegaskan bahwa pedesaan memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan Sistem Ekonomi Islam. Namun, ternyata tidak dibarengi dengan sumber daya manusianya. Sehingga masih banyak masyarakat desa yang menggunakan rentenir dalam peminjaman uang atau dana sebagai modal usahanya.

Reren, demikian panggilan akrabnya Reni Marlina, dikenal sebagai pribadi yang ceria dan lincah. Murah senyum dan cerdas. Bagi teman-teman sejawatnya, dia dikenal sangat ramah dan suka berbagi segala hal. Sejak kuliah di SEBI, Reren terbentuk menjadi seorang penulis. Semua itu Karena suasana kampus yang menunjang dan bakatnya yang selalu bergejolak.

Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok, terletak di Jalan Raya Bojongsari, Gang Mungkin Bojongsari Depok. Terdapat dua jurusan, yaitu Akuntansi Syariah dan Perbankan Syariah. Di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mentoring, yaitu seperti kelompok diskusi agama. Jadi setiap kelompok memiliki anggota sekitar 10 orang mahasiswa. Setiap seminggu sekali, mereka akan berkumpul dan diskusi secara santai untuk menambah ilmu ruhiyah. Nilai-nilai islam lainnya yang diterapkan di STEI SEBI adalah Wajib Tahsin untuk seluruh mahasiswa STEI SEBI. Masih banyak lagi, nilai-nilai islam yang dipelajari disini.

STEI SEBI memiliki tiga organisasi mahasiswa, yaitu BEM (Badan Eksekutif Mahasiswa), IsEF (Islamic Economic Forum) dan SSP (Sebi Solidarity for Palestine). Setiap bulan ketiga organisasi mahasiswa ini mengadakan seminar, kajian atau diskusi dengan mengangkat isu-isu populer terkait ekonomi, politik dan sosial. Setiap tahun kegiatan-kegiatan pengenalan kampus untuk mahasiswa baru akan diadakan oleh perwakilan dari setiap anggota BEM, IsEF dan SSP. Begitu pula dengan event besar dan tahunan seperti, Gebyar Muslimah dan Gebyar Ekonomi Syariah.

“Tentunya ini menjadi PR besar bagi saya sebagai Mahasiswa Ekonomi Syariah untuk terus dan terus mengedukasi masyarakat dalam pengetahuannya terhadap Ekonomi Syariah. Bahwasannya banyak sekali kerugian yang akan terjadi dalam peminjaman uang ke rentenir tersebut. Bukan hanya di dunia namun di akhirat. Sebagai alternativenya masyarakat dapat meminjam uang kepada lembaga keuangan syariah yang ada di pedesaan seperti BMT ataupun Koperasi jasa keuangan syariah. Tentunya dengan konsep yang islami, yakni Syariah, seperti mudharabah, musyarakah dan lain sebagai” Ujarnya mantap.

Ia menambahkan, “dengan potensi desa yang ada, banyak sekali alternative system ekonomi islam untuk patut diimplementasikan di pedesaan. Namun, karena keterbatasan pengetahuan sumber daya insaninya, ini menjadi salah satu faktor penting dalam mendorong kesejahteraan masyarakat desa.”

Mahasiswa yang juga sering mengisi opini di media ini, terkait ekonomi syariah mengajak seluruh stakeholder untuk senantiasa terjun langsung dalam pemberdayaan Ekonomi Syariah di pedesaan. Baik akademisi, praktisi ataupun pemerintah.

“Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Depok, Jawa Barat ini banyak mencetak Bankir, Akuntan & Praktisi Bisnis Syariah…” ujar Reren sembari tersenyum.

Pada saat liburan kuliah baru-baru ini, Reren tidak tinggal diam. Dia berkunjung ke kampung halamanya di Garut. Dia melakukan banyak hal, diantaranya melakukan kunjungan-kunjungan ke desa-desa, melakukan tanya-jawab dengan warga dan meberikan pengarahan-pengarahan yang edukatif. Dalam kunjungan itu, Reren banyak memberikan masukan-masukan, disamping melakukan pendataan dan riset atas kunjungan tersebut. Reren juga mengundang Media Digital Intan, tempat dia selama ini menuangkan tulisan-tulisannya. Reren telah cukup lama menulis untuk Media Digital Intan, terutama pada rubrik finasial.

Writing Contest Se-Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Lapi dan Alkasyaf dengan tema “Quantum Writing Better for Life” di Kampus UIN Sunan Gunung Djati Bandung diikuti oleh kalangan mahasiswa se-Jabar. Kontributor Tabloid Intan Reni Marlina dari Depok berhasil meraih predikat: Runner Up. “Menulislah, meski kau bukan ahlinya. Karena menulis bekerja untuk keabadian…” ungkapnya berbinar saat menerima Piala dan Piagam Quantum Writing Better for Life. Atas keberhasilan Reren tersebut, CEO Media Digital Intan / PT. Tangguh Tunggal Media yakni bang Tangguh Tunggalaye sangat bangga akan hal itu. Beliau pun sempat memberikan ucapan: “Selamat buat Reni Marlina, teruslah berkarya. Kamu pasti bisa!”

Dalam kunjungannya ke Garut, Reren memberikan tanggapan: “Pertama, seluruh stakeholder baik masyarakat ataupun pemerintah sudah seyogyanya harus memanfaatkan dengan baik sumber daya alam pedesaan yang dimiliki. Tentunya dengan dibarengi sumber daya insani yang memadai dalam pengetahuannya terkait Ekonomi Syariah.” Urai Reren bersemangat.

Lalu dia menambahkan “Kedua, peran aktif pemuda sebagai edukator. Mulai dari dasar sampai mekanismenya ke masyarakat desa. dengan memberikan kajian atau pemahaman dengan cara yang baik, Agar masyarakat yang notabenanya minim akan pendidikan, Insyaallah dapat dengan mudah memahaminya. Ketiga, Pengelolaan mobilisasi perekonomian Desa dengan system Ekonomi Islam. Baik yang sudah ada, ataupun yang akan dibangun. Dengan memanfaatkan konsep syariah dalam hal kerja sama. Seperti Musyarakah. Keempat, Peran stakeholder lainnya bukan hanya mengenalkan terkait kelembagaan saja. Namun, juga memberikan pengenalan terhadap konsep ekonomi islam seperti akad-akad yang sering terjadi di kehidupan masyarakat desa. Seperti Murabahah, Musyarakah, Ijarah dll. Karena hal hal seperti inilah yang sering terjadi di pedesaan. Seperti penjualan padi hasil padi, pegadaian tanah dan lain sebagainya itu seperti apa dan bagaimana dalam bermuamalah.” Reren dengan detil  menerangkan.

Terakhir ia menambahkan, “Bahwasannya implementasi ini tentunya tidak mudah. Harus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, khususnya di pedesaan. Karena telah kita ketahui bersama, perkembangan ekonomi syariah bukan hanya di perkotaan atau hotel-hotel saja. Namun, sudah saatnya menyentuh masyarakat desa. Karena berawal dari desa lah ekonomi syariah dapat tersebar ke seluruh penjuru negeri.” Pungkasnya sembari tersenyum penuh keyakinan.

(Garut, 12 Juli 2017, Asep Ahmad - Media Digital Intan / Logika News)

~