Sabtu, 22 April 2017

Putus





Putus

Oleh: Tangguh Tunggalaye

Jatuh cinta memang membuat perasaan berbunga-bunga. Tapi, ketika pasangan memutuskan berpisah, rasa sakitnya bisa bertahan dalam waktu lama. Lantas siapa yang paling patah hati ketika putus cinta, perempuan atau lelaki?

Jawabannya ternyata kaum hawa yang paling tersakiti. Itu semua terungkap dalam penelitian yang dilakukan oleh Craig Morris, seorang profesor antropologi di Binghamton University di New York dan timnya. Mereka menemukan saat putus cinta, wanitalah yang paling menderita. Tapi, uniknya wanita lebih mudah move on dibanding pria.

Studi ini juga menemukan pria tidak pernah benar-benar pulih dari putus cinta, meski sudah move on. Pada wanita, mereka berhasil merajut kembali kehidupannya dan benar-benar sembuh dari patah hati. Dan ketika secara emosional sudah siap, wanita merasa lebih baik dibanding sebelum hubungannya berakhir.

Patah hati adalah suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara fisik atau penolakan cinta.

Patah hati biasanya dikaitkan dengan kehilangan seorang anggota keluarga atau pasangan hidup, meski kehilangan orang tua, anak, hewan peliharaan, orang yang dicintai atau teman dekat bisa "mematahkan hati seseorang", dan sering dialami ketika sedih dan merasa kehilangan. Frasa ini mengarah pada sakit fisik yang dirasakan seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut, tetapi ada pula perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut tidak dialami sebagai wujud sakit somatik. Meskipun "patah hati" biasanya tidak memberi kerusakan fisik apapun pada jantung, ada sebuah kondisi bernama "sindrom patah hati" atau Kardiomiopati Takotsubo, yaitu ketika sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke jaringan jantung yang melemah.

Bagi banyak orang, mengalami patah hati adalah sesuatu yang mungkin tidak diketahui sebelumnya, karena dibutuhkan waktu bagi suatu kehilangan emosional atau fisik untuk diketahui sepenuhnya. Manusia tidak selalu sadar dengan apa yang mereka rasakan. Seperti hewan, mereka tidak mampu mengungkapkan perasaan mereka dalam bentuk kata-kata. Hal ini bukan berarti bahwa mereka tidak punya perasaan. Tentu saja kita perlu menyadari esensi sebuah emosi. Namun kita tidak mengetahui bahwa kita bisa 'memiliki' perasaan yang tidak kita ketahui."

Dalam berbagai legenda dan cerita fiksi, tokoh utama meninggal setelah mengalami kehilangan yang luar biasa. Namun bahkan dalam dunia nyata, seseorang bisa meninggal akibat patah hati. Sindrom patah hati umumnya dianggap sebagai akibat kematian seseorang yang pasangan hidupnya sudah duluan meninggal, namun penyebabnya tidak selalu jelas. Kondisi ini bisa dipicu oleh tekanan emosional mendadak akibat putus hubungan traumatik atau kematian orang yang dicintai. Sindrom patah hati secara klinis berbeda dengan serangan jantung, karena pasien memiliki sedikit faktor risiko yang mendorong penyakit jantung dan sebelumnya sehat sebelum pelemahan otot-otot jantung.

Sebuah studi memperlihatkan bahwa patah hati terasa menyakitkan sebagaimana sakit fisik yang mendalam. Penelitian tersebut mendemonstrasikan bahwa daerah otak yang sama yang cepat tanggap dengan pengalaman menyakitkan teraktifkan ketika seseorang mengalami penolakan sosial, atau kehilangan sosial pada umumnya. Hasil ini memberikan arti bahwa penolakan sosial memang 'menyakitkan'. Alhasil, penolakan membuat seseorang benar-benar merasa tersakiti dan terpukul hancur.

Daripada tetap melanjutkan hubungan yang sudah tidak sehat karena takut kehilangan kenyamanan, lebih baik memulai hubungan dengan orang yang tepat. Bangun kenyamanan dengan orang yang tepat akan membuat hubungan lebih langgeng daripada sebelumnya. Walaupun memang butuh waktu lagi untuk membuat kenyamanan yang sama atau lebih. Tapi semuanya worth it, bangun hubungan dengan orang yang tepat, akan mendapatkan kenyamanan yang lebih, selain itu hubungan juga akan lebih langgeng. Nah, mari kita simak quote berikut: No one goes straight to happiness after a breakup. Patience is key for getting over a breakup. That, and trailing off your interaction after the breakup.
***

~