Reni Marlina
Upaya Menggalakan Pemberdayaan Sistem Ekonomi Islam
di Pedesaan
Reni Marlina, seorang mahasiswa School Of Islamic Economics, atau lebih
dikenal dengan SEBI di Depok, memberikan ide dan kepeduliaannya terhadap sistem
ekonomi Islam yang semakin hari mengalami perkembangan. Bukan hanya di
perkotaan, namun juga bagi masyarakat pedesaan yang menganut Agama Islam.
Seperti telah berkembangnya lembaga penghimpunan infaq, zakat, shadaqah dan
BMT. Nilai-nilai Islami sudah mendarah daging dalam kehidupan masyarakat desa.
Ini menjadi salah satu kelebihan yang patut kita tingkatkan kembali.
Mahasiswa yang akrab disapa Reren ini mencoba untuk melakukan Ekspansi
Keilmuan Ekonomi Syariah ke beberapa desa. Salah satunya ia menegaskan bahwa
pedesaan memiliki potensi yang sangat besar dalam perkembangan Sistem Ekonomi
Islam. Namun, ternyata tidak dibarengi dengan sumber daya manusianya. Sehingga
masih banyak masyarakat desa yang menggunakan rentenir dalam peminjaman uang
atau dana sebagai modal usahanya.
Reren, demikian panggilan akrabnya Reni Marlina, dikenal sebagai
pribadi yang ceria dan lincah. Murah senyum dan cerdas. Bagi teman-teman
sejawatnya, dia dikenal sangat ramah dan suka berbagi segala hal. Sejak kuliah
di SEBI, Reren terbentuk menjadi seorang penulis. Semua itu Karena suasana
kampus yang menunjang dan bakatnya yang selalu bergejolak.
Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI Depok, terletak di Jalan Raya
Bojongsari, Gang Mungkin Bojongsari Depok. Terdapat dua jurusan, yaitu
Akuntansi Syariah dan Perbankan Syariah. Di Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI
mewajibkan seluruh mahasiswa untuk mentoring, yaitu seperti kelompok diskusi
agama. Jadi setiap kelompok memiliki anggota sekitar 10 orang mahasiswa. Setiap
seminggu sekali, mereka akan berkumpul dan diskusi secara santai untuk menambah
ilmu ruhiyah. Nilai-nilai islam lainnya yang diterapkan di STEI SEBI adalah
Wajib Tahsin untuk seluruh mahasiswa STEI SEBI. Masih banyak lagi, nilai-nilai
islam yang dipelajari disini.
STEI SEBI memiliki tiga organisasi mahasiswa, yaitu BEM (Badan
Eksekutif Mahasiswa), IsEF (Islamic Economic Forum) dan SSP (Sebi Solidarity
for Palestine). Setiap bulan ketiga organisasi mahasiswa ini mengadakan
seminar, kajian atau diskusi dengan mengangkat isu-isu populer terkait ekonomi,
politik dan sosial. Setiap tahun kegiatan-kegiatan pengenalan kampus untuk
mahasiswa baru akan diadakan oleh perwakilan dari setiap anggota BEM, IsEF dan
SSP. Begitu pula dengan event besar dan tahunan seperti, Gebyar Muslimah dan
Gebyar Ekonomi Syariah.
“Tentunya ini menjadi PR besar bagi saya sebagai Mahasiswa Ekonomi
Syariah untuk terus dan terus mengedukasi masyarakat dalam pengetahuannya
terhadap Ekonomi Syariah. Bahwasannya banyak sekali kerugian yang akan terjadi
dalam peminjaman uang ke rentenir tersebut. Bukan hanya di dunia namun di akhirat.
Sebagai alternativenya masyarakat dapat meminjam uang kepada lembaga keuangan
syariah yang ada di pedesaan seperti BMT ataupun Koperasi jasa keuangan
syariah. Tentunya dengan konsep yang islami, yakni Syariah, seperti mudharabah,
musyarakah dan lain sebagai” Ujarnya mantap.
Ia menambahkan, “dengan potensi desa yang ada, banyak sekali
alternative system ekonomi islam untuk patut diimplementasikan di pedesaan.
Namun, karena keterbatasan pengetahuan sumber daya insaninya, ini menjadi salah
satu faktor penting dalam mendorong kesejahteraan masyarakat desa.”
Mahasiswa yang juga sering mengisi opini di media ini, terkait ekonomi
syariah mengajak seluruh stakeholder untuk senantiasa terjun langsung dalam
pemberdayaan Ekonomi Syariah di pedesaan. Baik akademisi, praktisi ataupun
pemerintah.
“Sekolah Tinggi Ekonomi Islam SEBI, Depok, Jawa Barat ini banyak mencetak
Bankir, Akuntan & Praktisi Bisnis Syariah…” ujar Reren sembari tersenyum.
Pada saat liburan kuliah baru-baru ini, Reren tidak tinggal diam. Dia
berkunjung ke kampung halamanya di Garut. Dia melakukan banyak hal, diantaranya
melakukan kunjungan-kunjungan ke desa-desa, melakukan tanya-jawab dengan warga
dan meberikan pengarahan-pengarahan yang edukatif. Dalam kunjungan itu, Reren
banyak memberikan masukan-masukan, disamping melakukan pendataan dan riset atas
kunjungan tersebut. Reren juga mengundang Media Digital Intan, tempat dia
selama ini menuangkan tulisan-tulisannya. Reren telah cukup lama menulis untuk
Media Digital Intan, terutama pada rubrik finasial.
Writing Contest Se-Jawa Barat yang diselenggarakan oleh Lapi dan
Alkasyaf dengan tema “Quantum Writing Better for Life” di Kampus UIN Sunan
Gunung Djati Bandung diikuti oleh kalangan mahasiswa se-Jabar. Kontributor
Tabloid Intan Reni Marlina dari Depok berhasil meraih predikat: Runner Up.
“Menulislah, meski kau bukan ahlinya. Karena menulis bekerja untuk keabadian…”
ungkapnya berbinar saat menerima Piala dan Piagam Quantum Writing Better for
Life. Atas keberhasilan Reren tersebut, CEO Media Digital Intan / PT. Tangguh
Tunggal Media yakni bang Tangguh Tunggalaye sangat bangga akan hal itu. Beliau pun
sempat memberikan ucapan: “Selamat buat Reni Marlina, teruslah berkarya. Kamu
pasti bisa!”
Dalam kunjungannya ke Garut, Reren memberikan tanggapan: “Pertama,
seluruh stakeholder baik masyarakat ataupun pemerintah sudah seyogyanya harus
memanfaatkan dengan baik sumber daya alam pedesaan yang dimiliki. Tentunya
dengan dibarengi sumber daya insani yang memadai dalam pengetahuannya terkait
Ekonomi Syariah.” Urai Reren bersemangat.
Lalu dia menambahkan “Kedua, peran aktif pemuda sebagai edukator. Mulai
dari dasar sampai mekanismenya ke masyarakat desa. dengan memberikan kajian
atau pemahaman dengan cara yang baik, Agar masyarakat yang notabenanya minim
akan pendidikan, Insyaallah dapat dengan mudah memahaminya. Ketiga, Pengelolaan
mobilisasi perekonomian Desa dengan system Ekonomi Islam. Baik yang sudah ada,
ataupun yang akan dibangun. Dengan memanfaatkan konsep syariah dalam hal kerja
sama. Seperti Musyarakah. Keempat, Peran stakeholder lainnya bukan hanya
mengenalkan terkait kelembagaan saja. Namun, juga memberikan pengenalan
terhadap konsep ekonomi islam seperti akad-akad yang sering terjadi di
kehidupan masyarakat desa. Seperti Murabahah, Musyarakah, Ijarah dll. Karena
hal hal seperti inilah yang sering terjadi di pedesaan. Seperti penjualan padi
hasil padi, pegadaian tanah dan lain sebagainya itu seperti apa dan bagaimana
dalam bermuamalah.” Reren dengan detil menerangkan.
Terakhir ia menambahkan, “Bahwasannya implementasi ini tentunya tidak
mudah. Harus dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, khususnya di
pedesaan. Karena telah kita ketahui bersama, perkembangan ekonomi syariah bukan
hanya di perkotaan atau hotel-hotel saja. Namun, sudah saatnya menyentuh
masyarakat desa. Karena berawal dari desa lah ekonomi syariah dapat tersebar ke
seluruh penjuru negeri.” Pungkasnya sembari tersenyum penuh keyakinan.
(Garut, 12 Juli 2017, Asep Ahmad - Media Digital Intan / Logika News)
~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar