Kisah Tentang Kumis
Kumis adalah rambut yang tumbuh di
atas bibir, di bawah hidung. Umumnya hanya tumbuh lebat pada laki-laki. Di
Indonesia dan negara-negara bagian Asia lainya terutama Asia Selatan, Asia
Tengah, Asia Barat, dan termasuk juga Indonesia yang pada umumnya termasuk suku
Melayu dan Jawa, Kumis adalah sebagai identitas Pria sejati.
Oleh karena itulah tokoh kita yang
berkumis, sebut saja namanya Adi, sangat bangga dengan kumisnya. Karena
kumisnya itulah dia bisa berpacaran dengan seorang gadis cantik. Sebut saja
Ida, adalah seorang wanita yang sangat tergila-gila dengan pria berkumis tebal,
yaitu Adi sendiri. Karena kumis tebal itulah akhirnya mereka menikah. Singkat
cerita, mereka hidup bahagia. Adi dengan tekun merawat kumis tebalnya itu.
Akhirnya setelah bertahun-tahun
menikah, Adi kini menjadi seorang Manager yang penting di perusahaannya
bekerja. Kedudukan dan pergaulannya, menyebabkan Adi sering berkenalan dengan
wanita-wanita cantic. Tak pelak, sesekali terjadi juga perselingkuhan itu.
Tetapi Adi bisa dengan rapih menata perselingkuhannya agar tidak terbau,
apalagi oleh isterinya Ida.
Pada suatu ketika, Adi kepincut
dengan seorang gadis. Dia sangat tergila-gila padanya. Tapi, sayangnya Ati,
demikian nama gadis itu, tidak suka pria bekumis. Akhirnya, karena lebih
mengutamakan syahwat, Adi bersedia mencukur licin kumis tebalnya. Dan
perselingkuhan itu pun berlangsung seperti yang mereka harapkan.
Pada tengah malam, Adi tersadar
bahwa dia harus pulang ke isterinya. Dan dia kaget bukan kepalang setelah ingat
akan kumisnya yang telah licin sekarang. Dia sangat menyesal, tetapi apa boleh
buat, nasi sudah jadi bubur. Maka dia harus tetap pulang dan mempersiapkan
jawaban yang kira-kira masuk akal. Akhirnya Adi pun pulang dengan kepala yang
berkecamuk rencana dan alibi.
Sesampai di rumah, setelah membuka
pintu rumah dengan kuncinya sendiri, Adi merasa cukup tenang karena ternyata
isterinya Ida sudah tertidur lelap. Dia pun perlahan menuju kamar,
menegndap-endap merebahkan diri di Kasur, kemudian menyelimuti mukanya. Hatinya
kini tenang untuk sementara waktu. Tetapi tiba-tiba sang isteri menggeliat dan
tangannya menempel di wajah Adi, lalu mengusap-usap area kumisnya yang telah
licin. Adi pun pucat seketika. Lalu tiba-tiba saja Ida sang isteri berbisik
ketelinganya: “Julianto, kenapa masih disini, kog belum pulang juga? Masih
pengen lagi ya?”
***(TT)
~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar