Putus
Oleh:
Tangguh Tunggalaye
Jatuh cinta
memang membuat perasaan berbunga-bunga. Tapi, ketika pasangan memutuskan
berpisah, rasa sakitnya bisa bertahan dalam waktu lama. Lantas siapa yang
paling patah hati ketika putus cinta, perempuan atau lelaki?
Jawabannya
ternyata kaum hawa yang paling tersakiti. Itu semua terungkap dalam penelitian
yang dilakukan oleh Craig Morris, seorang profesor antropologi di Binghamton
University di New York dan timnya. Mereka menemukan saat putus cinta, wanitalah
yang paling menderita. Tapi, uniknya wanita lebih mudah move on dibanding pria.
Studi ini
juga menemukan pria tidak pernah benar-benar pulih dari putus cinta, meski
sudah move on. Pada wanita, mereka berhasil merajut kembali kehidupannya dan
benar-benar sembuh dari patah hati. Dan ketika secara emosional sudah siap,
wanita merasa lebih baik dibanding sebelum hubungannya berakhir.
Patah hati
adalah suatu metafora umum yang digunakan untuk menjelaskan sakit emosional
atau penderitaan mendalam yang dirasakan seseorang setelah kehilangan orang
yang dicintai, melalui kematian, perceraian, putus hubungan, terpisah secara
fisik atau penolakan cinta.
Patah hati
biasanya dikaitkan dengan kehilangan seorang anggota keluarga atau pasangan
hidup, meski kehilangan orang tua, anak, hewan peliharaan, orang yang dicintai
atau teman dekat bisa "mematahkan hati seseorang", dan sering dialami
ketika sedih dan merasa kehilangan. Frasa ini mengarah pada sakit fisik yang
dirasakan seseorang di dada sebagai dampak kehilangan tersebut, tetapi ada pula
perpanjangannya yang meliputi trauma emosional ketika perasaan tersebut tidak
dialami sebagai wujud sakit somatik. Meskipun "patah hati" biasanya
tidak memberi kerusakan fisik apapun pada jantung, ada sebuah kondisi bernama
"sindrom patah hati" atau Kardiomiopati Takotsubo, yaitu ketika
sebuah insiden traumatik mendorong otak untuk menyalurkan zat-zat kimia ke
jaringan jantung yang melemah.
Bagi banyak
orang, mengalami patah hati adalah sesuatu yang mungkin tidak diketahui
sebelumnya, karena dibutuhkan waktu bagi suatu kehilangan emosional atau fisik
untuk diketahui sepenuhnya. Manusia tidak selalu sadar dengan apa yang mereka
rasakan. Seperti hewan, mereka tidak mampu mengungkapkan perasaan mereka dalam
bentuk kata-kata. Hal ini bukan berarti bahwa mereka tidak punya perasaan.
Tentu saja kita perlu menyadari esensi sebuah emosi. Namun kita tidak
mengetahui bahwa kita bisa 'memiliki' perasaan yang tidak kita ketahui."
Dalam
berbagai legenda dan cerita fiksi, tokoh utama meninggal setelah mengalami
kehilangan yang luar biasa. Namun bahkan dalam dunia nyata, seseorang bisa
meninggal akibat patah hati. Sindrom patah hati umumnya dianggap sebagai akibat
kematian seseorang yang pasangan hidupnya sudah duluan meninggal, namun
penyebabnya tidak selalu jelas. Kondisi ini bisa dipicu oleh tekanan emosional
mendadak akibat putus hubungan traumatik atau kematian orang yang dicintai.
Sindrom patah hati secara klinis berbeda dengan serangan jantung, karena pasien
memiliki sedikit faktor risiko yang mendorong penyakit jantung dan sebelumnya
sehat sebelum pelemahan otot-otot jantung.
Sebuah studi
memperlihatkan bahwa patah hati terasa menyakitkan sebagaimana sakit fisik yang
mendalam. Penelitian tersebut mendemonstrasikan bahwa daerah otak yang sama
yang cepat tanggap dengan pengalaman menyakitkan teraktifkan ketika seseorang
mengalami penolakan sosial, atau kehilangan sosial pada umumnya. Hasil ini
memberikan arti bahwa penolakan sosial memang 'menyakitkan'. Alhasil, penolakan
membuat seseorang benar-benar merasa tersakiti dan terpukul hancur.
Daripada tetap
melanjutkan hubungan yang sudah tidak sehat karena takut kehilangan kenyamanan, lebih baik memulai
hubungan dengan orang yang tepat. Bangun kenyamanan dengan orang yang tepat
akan membuat hubungan lebih langgeng daripada sebelumnya. Walaupun memang butuh
waktu lagi untuk membuat kenyamanan yang sama atau lebih. Tapi semuanya worth
it, bangun hubungan dengan orang yang tepat, akan mendapatkan kenyamanan yang
lebih, selain itu hubungan juga akan lebih langgeng. Nah, mari kita
simak quote berikut: No one goes straight to happiness after a breakup. Patience
is key for getting over a breakup. That, and trailing off your interaction
after the breakup.
***
~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar