Rabu, 08 Maret 2017

PEMENANG LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017




Wini Siti Ashopah
PEMENANG LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017

LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017 yang diselenggrakan Tabloid Intan dalam rangka ikut berpartisipasi menyemarakkan Hari Jadi Garut, event berlangsung selama 1 – 15 Februari 2017. Dari puluhan peminat yang mengirimkan fotonya, kebanyakan kurang dalam hal penulisan artikel. Sebetulnya ada 8 peserta yang paling memenuhi syarat seperti yang kami minta, dan kami harus menyaringnya menjadi 5 untuk didiskusikan.

Kriteria dari event LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017 ini cukup jelas dan petunjuk serta langkah untuk mengikutinya juga cukup mudah. Kriterianya: Foto diri / Cover pose + Artikel apa saja, misalnya tentang kegiatan pribadi dstnya. Berdasarkan hasil penilaian para juri yang kami tunjuk, yakni ada 3 juri dengan kriterianya masing-masing atas 5 nominator tersebut, maka Tabloid Intan menetapkan: (Garut) sebagai pemenang.

Tentunya kami mengucapkan selamat kepada pemenang yang berhak menerima janji kami sbb: Menjadi Cover Tabloid Intan Edisi 45, Piagam, T-shirt dan bingkisan menarik lainnya. Bagi peserta yang belum berhasil, kami mengucapkan ribuan terimakasih atas pertisipasinya. Mungkin lain kali pada event yang berbeda anda bisa memenangkannya. Sekali lagi terimakasih dan salam hangat dari kami.

Kenapa Wini bisa menang? Ingin tau rahasianya? Dan, ingin berkenalan lebih jauh dengan pemenang LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017? Mari kita simak tulisannya...!

KEHADIRANKU ADALAH INSPIRASI oleh Wini Siti Ashopah pemenang LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017? Semoga bisa menginspirasi... J
~







Selanjutnya, mari kita berkenalan lebih jauh dengan pemenang LOMBA FOTO COVER TABLOID INTAN 2017.

KEHADIRANKU ADALAH INSPIRASIKU

Assalamu'alaikum Wr. Wb.  
Wini Siti Ashopah, bagiku itu adalah nama yang indah. Ya, itulah nama paling mengesankan yang telah diberikan kedua orang tuaku, ibuku dan almarhum ayahku. Aku lahir di Garut pada 24 September 1993. Anak kedua dari dua bersaudara alias bungsu. Inilah ceritaku, cerita indah yang telah ditakdirkan Allah untukku. Dan sekarang, aku share untuk sahabat Tabloid Intan. Semoga menjadi inspirasi yang baik, Amin!
  
Alhamdulillah aku dilahirkan dari seorang wanita sholihah. Beliau telah mencurahkan segala-galanya untuk kami. Ibuku bernama Halimah, beliau adalah seorang wanita hebat dan luar biasa, yang telah Allah hadirkan dalam kehidupan kami. Beliau adalah sosok yang utama dalam hidup kami. Karena beliau adalah sosok ibu sekaligus ayah yang telah membesarkan kami. Ayahku adalah Ade Dedi Iskandar, ketika aku berusia 6 bulan dan kakakku berusia kurang kebih 2 tahun, Allah telah lebih dulu mengambil ayahku. Ternyata Allah lebih menyayangi ayah. Dan di saat usiaku itu lah ibuku merangkap menjadi ayah sekaligus. Sehari-harinya aku menyapa beliau dengan panggilan mama...
  
Setelah ayah tiada, sepertinya mama tak pernah sedikitpun berfikir untuk mencari pendamping hidupnya. Beliau lebih mengutamakan mengurus dan mendidik kami. Menginjak umurku 5 tahun, beliau menyekolahkanku ke TK (Taman Kanak-kanak) Umum. Di sekolah itu aku belajar bersosialisasi dengan orang baru yang sebelumnya belum aku kenal dan di sana aku mulai mendapat teman baru. Setelah 1 tahun sekolah disana, mama kembali menyekolahkanku ke sekolah TK Al-quran. Alasannya biar masuk SD aku sudah bisa dengan lancar baca dan menulis Al-qur’an. Aku tau huruf-huruf hijaiyah maupuan latin dari mama. Beliau meyakini bahwa 'al ummu madrosatul ula' seorang ibu itu adalah madrasah pertama bagi anak-anaknya.

Menginjak umurku 7 tahun mama menyekolahkanku ke sebuah SD favorit di daerah kami, bisa dibilang sekolah nomor satu. Di SD, aku selalu masuk 3 besar sampai kelas tiga, dan dari kelas 4 masuk 10 besar terus hingga tamat SD. Memang peringkatnya menurun. Saat itu kami mengalami musibah yang cukup mengguncang kami sekeluarga. Mama sampai dirawat karena kami terkena musibah kebakaran di rumah kami, dan salah satu korbannya adalah mama. Alhamdulillah mama bisa diselamatkan dan bisa sembuh kembali.

Dari kelas satu setiap pulang sekolah mama selalu memeriksa semua catatan dan nilai-nilai yang kuperoleh. Suatu hari mama bertanya, cita-citaku ingin menjadi apa? Dan aku secara spontan menjawab ingin menjadi dokter, agar bisa membantu orang yang sakit. Mama hanya tersenyum dan bilang: “Nah, mulai dari sekarang Dede harus rajin belajar. Terus semangat, jujur dan sungguh-sungguh belajarnya." Dede adalah nama panggilanku di rumah.

Tak ada satu kata pun dari mama yang membuat aku maupun kakaku patah semangat dengan segala cita-cita kami. Beliau tidak pernah membunuh cita-cita kami dengan berbagai ungkapan yang menurunkan semangat kami. Denga keadaan kami yang serba sederhana, mama tak pernah berkata pesimis. Tetapi kami menyadari bahwa kami harus sadar diri dengan keadaan kami. Beliau selalu berkata, pasti ada rezeki dari Allah dan akan selalu ada jalannya jika niat kita bersunggh-sungguh.

Setelah lulus SD aku bersekolah di SMP tedekat, dimana SMP itu adalah tempat kerja mama. Mama bekerja sebagai Tata Usaha di SMP itu. Di sekolah ini selama tiga tahun aku mendapat peringkat ke satu. Aku aktif sebagai ketua kelas, katua OSIS dan selalu antusias jika ada acara apapun di sekolah apalagi yang berbau kesenian. Di SMP ini aku juga mendapat beasiswa.

Berkat doa mama aku mendapat peringkat pertama di kelas dan juara umum sekolah pada saat kelulusan SMP. Sebelum kami lulus ada berbagai SLTA yang bersosialisasi ke sekolahku. Aku tertarik pada salah satu sekolah yakni SMK kesehatan. Alhamdulillah aku lulus dalam seleksi masuk ke SMK kesehatan yang aku pilih dan program study yang aku pilih adalah keperawatan. Menurutku, seorang perawat sama saja pekerjaannya seperti seorang dokter. Yaitu membantu menyembuhkan orang yang sakit. Bersekolah di sini rasanya menyenangkan, apa yang dipelajari mengaliri jiwaku dan aku merasa berada di domainku sendiri. Di SMK ini aku juga selalu mendapat peringkat pertama di kelas dan Juara Umum di sekolah.

Mama selalu memberikan berbagai fasilitas untuk menunjang pendidikanku. Beliau selalu mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan pedidikan. Bagaimanapun cara dan ikhtiar beliau, aku selalu diberikan apa yang aku butuhkan.

Aku senang berdagang, di sekolah aku membawa es pisang coklat, roti goreng, mie goreng dan kacang yang digoreng untuk dijual ke teman-temanku. Hasil berjualan bisa ditabung atau sebagai uang tambahan untuk jajan. Saat membawa barang jualan ke sekolah dengan angkot, aku tak pernah merasa malu. Bahkan aku begitu senang. Jika suatu hari mama memberikan ongkos dan bekal kurang dari biasanya, maka aku masih punya uang dari hasil berjualan.

Pada hari kelulusan tiba, alhamdulillah aku kembali mendapat juara umum ke dua dari semua kelas dan mendapat beasiswa. Inilah saatnya aku harus memilih universitas unutuk melanjutkan pendidikanku. Dan aku berjodoh dengan salah satu universitas kesehatan yang ada di Garut. Aku memilih program study keperawatan. Dan lagi-lagi aku mendapat juara kelas dan beasiswa. Saat aku belajar di kelas ataupun di rumah, satu tujuanku adalah ingin membuat bahagia dan bangga mama. Mama telah berusaha dengan sebaik-baiknya, maka aku belajar bersungguh-sungguh. Dengan itu aku akan menghadiahkan prestasiku sebagai pelipur lelah yang mama berikan selama ini.

Saat mama akan menyekolahku ke universitas, banyak cibiran yang meragukan mama. Mereka beranggapan mama tidak akan sanggup membiayai sampai akhir. Tapi lagi-lagi mama tak menghiraukan apa kata orang, beliau yakin bisa menyekolahkanku sampai beres. Walau memang banyak berbagai macam cobaan yang akan Allah berikan kepada kami.

Setelah selama tiga tahun aku kuliah, akhirnya mamaku bisa tersenyum. Alhamdulillah saat wisuda aku mendapat peringkat sebagai wisuda terbaik di program studi diploma III Keperawatan. Inilah hasil dari keyakinan mama selama ini. Beliau ingin menyekolahkanku dan kakakku agar kami mendapat pendidikan yang lebih baik dari beliau. Beliau pernah bilang bahwa mama tidak memiliki harta berlimpah seperti orang lain yang dapat diwariskan, mama hanya bisa mewariskan ilmu yang mudah-mudahan akan bermanfaat dengan menyekolahkan aku dan kakakku. Ilmu insyaallah tak akan pernah habis seperti layaknya harta. Aku telah menyelesaikan pendidikanku, juga kakakku Dinar Siti Jenab, lukusan UPI Bandung.

Alhamdulillah cita-citaku sejak kecil tercapai. Jika kembali mengingat masa kecil, aku selalu ingin menjadi dokter. Dulu aku sering meminta mama untuk membuat cup nurse dan selalu ingin dibelikan kit alat-alat kesehatan mainan seperti stetoskop, jarum suntik dll. Yang dulu hanya bisa aku pegang adalah mainan dari plastic, kini semuanya telah menjadi nyata. Aku dapat memegang, menggunakan dan memilikinya. Dan kini telah terwujud cita-citaku. Tapi, adalah mama yang telah mewujudkan samua mimpi itu menjadi nyata. Beliau tidak pernah membunuh cita-cita kami dengan keluhan, tapi beliau bangun semangat kami dari semua ikhtiar dan perjuangannya untuk kami. Memang hakikatnya Allahlah yang berkehendak, tetapi perantaranya adalah mama. Mamaku tercinta, I love you forever! Alhamdulillah dari kelulusan tahun 2015, sekarang aku sudah bekerja. I'm a nurse, terimakasih mama!
Wassalam, Wini Siti Ashopah.                                
~
 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar