Setiap orang yang beriman akan
diuji terlebih dahulu dengan berbagia cobaan seperti malapetaka, kesengsaran
dan kehinaan. Saking beratnya cobaa yang diterima, sampai-sampai mereka
bertanya kapan pertolongan Allah. Allah swt. berfirman:
“Apakah kamu menyangka akan masuk surga,
sementara belum datang kepdamu cobaan apa yang telah Allah timpakan kepada
orang-orang sebelum kamu. Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan,
kehinaan, sehinga berkata Rasul dan orang-orang beriman bersamanya :kapan
pertolongan Allah datang? Ketahuilah sesungguhnya pertolongan Allah itu amat
dekat.”
(QS.Al- Baqarah : 214) ayat ini menjelaskan kalau setiap orang yang beriman
akan diberikan ujian terlebih dahulu untuk mengetahui sebera besarkah keimanan
seseorang.
Kalau diuraikan secara jelas paling
tidak ada empat macam bentuk ujian yang diberikan Allah kepada hambaNya. Pertama, cobaan dalam bentuk
fisik. Banyak dapat kita jumpai orang- orang yang tidak sempurna dalam fisiknya
namun iman dan ketakwaannya yang membawanya pada kemuliaan. Dimana dengan
keterbatasan fisik bukan berarti menghalanginya untuk terus belajar akan ilmu
pengetahuan baik ilmu dunia maupun akhirat. namun sebaliknya banyak orang yang
fisiknya sempurna namun merasa gengsi untuk terus menyempurnakan akhlaknya dengan
mendalami ilmu agama.
Kedua, ujian
dalam bentuk harta. Allah menguji hambaNya dengan memberikan harta yang banyak.
Sanggup atau tidakkah seseorang mengahadapi ujian tersebut. Apakah ia bisa
menggunakan kekayaan itu pada tempatnya atau tidak. Termasuk akan diuji mau
atau tidaknya ia menyalurkan hartanya di jalan Allah. Misalnya membayar zakat,
begitu juga kebiasaan untuk berinfak dan bersedekah. Ujian harta ini adalah
ujian yang banyak membuat orang- orang yang lupa akan urusan ukhrowinya. Kita
sering melihat kejadian seperti ini bukan? Dimana ada orang yang rajin ibadah
yang hidupnya biasa- biasa saja dengan orang yang tidak rajin ibadah namun
kehidupannya penuh dengan kemewahan. Hal ini disebut dengan perilaku istidraj.
Perilaku istidraj adalah
perilaku dimana Allah memberikan ujian berupa harta dunia kepada seseorang
dengan maksud menutup pintu hatinya karena hatinya telah dibutakan oleh urusan
duniawi.
Ketiga, ujian
dalam bentuk ketiadaan harta. Artinya Allah berikan kemiskinan untuk menguji
kadar iman seseorang. Dalam ujian banyak pula dari hamba Allah yang tidak dapat
melewati ujian ini. Ada suatu kalimat yang mengatakan kefakiran adalah pintu
gerbang menuju kekafiran. Maksud dari kalimat tersebut adalah apabila kita
lemah dari ekonomi maka akan sangat mudah bagi kita untuk menjadi orang kafir.
Dimana pada posisi ini akan ada banyak sekali ujian –ujian yang menghampiri
bahkan sampai menjual aqidah islam pada aqidah yang lain. Dalam kemiskinan
orang mudah sekali ditipu daya dengan diiming- imingi sebuah gaji atau
pekerjaan yang dapat menopang hidupnya. Karena rasa keterpurupak dan
keputusasaan orang akan mudah untuk diperdayai. Tanpa pemahaman yang baik
terhadao ujian, seseorang akan menganggapnya sebagai kesialan, atau bahkan
sebuah kutukan dari Allah swt. masalah yang terparah dari ujian ketiga ini
adalah hilangnya rasa kepercayaan kepada RabbNya. Dengan tidak percaya bahwa
kekuatan Allah itu ada, maka seseorang akan lemah dan mudah menyerah. Dalam
kondisi lemah dan frustasi, akibat ujian yang terus datang betubi- tubi,
seseorang akan muda mencari hal-hal di luar nalar sehat.
Keempat, ujian
dalam bentuk kekuasaan. Cobaan dalam kekuasaan ialah apakah ia mampu
menjalankan roda kekuasaan yang diamanahkan atau tidak. Fir’aun adalah orang
yang gagal dalam menjalankan amanahnya sebagai pemimpin. Sementara contoh
pemimpin yang mampu mejalankan amanah adalah Umar bin Abdul Aziz, salah
seoarang khalifah di zaman Dinasti Umayyah. Beliau menangis pada saat jabatan
khalifah dibebankan ke pundaknya. Ia khawatir kalau- kalau amanah ini tak
sanggup ia pikul. Kehati- hatiannya ia teraplikasi ketika ia menjalankan
kekuasaan.
Jadi dalam melihat ujian kita
sebagai hambanya harus melihat dari beberapa hal : apakah ini cobaan atau
peringatan dari Allah. Sekiranya ini adalah cobaan, mkaa kewajiban kita untuk
besabar. Namun apabila ujian ini adalah peringatan, maka tugas kita untuk
merenung sejauh mana jaran agama telah kita tinggalkan.
Wallahu’alam Bisshowab
(Wiwi)
****
"… terus berjuang
apapun hambatanya karna yakin apapun yang kita tuju niatnya karna Allah pasti
akan tercapai...."
~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar